One Day at Singapore [Singapura] #3
29 Januari 2013
Waktu menujukkan jam 11 siang. Mau makannya nanti disana, tapi takut susah nyari yang halal dan murah. Kebetulan di staiun Krenji ada Ananas Cafe, warung makan halal dan murah meriah. Sebelumnya saya sudah searching di Google, dan warung inilah yang jadi rekomendasi beberapa orang. Akhirnya kami putuskan untuk take away Nasi Ayam seharga S$ 2. Sengaja kami belinya sendiri-sendiri, supaya bisa mecahin uang S$ 50 satu-satunya.
Suasana Ananas Cafe |
Setelah beli nasi yang wanginya ternyata semerbak sehingga bikin perut saya mendadak lapar, kami lihat-lihat informasi mengenai arah dan tujuan. Tujuan pertama adalah mendapatkan Singapore Tourist Pass (STP) kartu ini sama dengan EZ Link, bedanya kartu ini di khususkan bagi turis yang ingin keliling Singapura selama 1 - 3 hari. Kartu ini harganya S$ 10 untuk satu hari pemakaian ditambah S$ 10 lagi sebagai deposit. Jadi nanti setelah puas berkeliling seharian kita bisa menukarkan kartu tersebut dengan deposit yang kita titipkan. STP tidak dijual disemua stasiun, salah satu tempat penjualannya adalah di stasiun Raflesh Place. Sebelum menuju kesana kami bertanya terlebih dahulu kepada petugas stasiun dan dia memberikan kami brosur STP yang menginformasikan dimana kami bisa mendapatkannya dan juga MRT - LRT System Map alias peta sistem kereta api disana. Untuk menuju Raflesh Place, kami membeli tiket seharga S$ 1.20. Tiket ini ternyata bisa di isi gunakan hingga 6 kali. Cukup efektif untuk menghemat kertas.
Sampai di Reflesh Place kami segera mencari konter tempat STP di jual. Kalau bingung, jangan malu untuk bertanya ke petugas yang ada disana. Mereka dengan ramah akan menunjukkan dimana. STP pun di tangan. Kami pun naik ke atas unutk memulai petualangan.
Singapure Tourist Pass |
Foto-foto dulu di MRT karena baru pertama kali. Masih norak. :p |
Ternyata Singapura itu negara yang cepat. Semua orang yang ada disana berjalan dengan sangat cepat. Entah apa yang merka kejar, tapi saya cukup pusing melihat mereka jalan dengan sangat cepat dan malah ada yang berlari untuk mengejar kereta atau menuju tujuan mereka. Selain itu hampir semua dari mereka sibuk dengan gadget masing-masing saat di kereta. Dari anak sekolahan sampai nenek-nenek, kalau sudah naik kereta tangan sibuk di atas layar denga headset terpasang ditelinga.
Plug, tap, slide, play! |
Habis makan, kenyang, rasa kantuk pun menyerang. Apalagi suasana dipinggir sungai sangat sejuk. Cuacanya sih panas, tapi karena gedung-gedung disini tinggi-tinggi semua ditambah semilir angin, jadinya teduh deh.
Dari jauh terlihat gedung durian raksasa alias Esplanade Theater, kami pun melanjutkan perjalanan menuju kesana melewati The Fullerton Hotel yang konon harga kamar semalamnya saja mulai tiga jutaan :O.
Kami pun menuju seberang melalui Cavenagh Bridge yang membentang diatas Singapore Bridge. Di ujung jembatan dibawah pohon rindang, terlihat seorang pedagang es krim. Wah, ternyata itu es krim one dollar yang sering saya dengar ceritanya dari teman-teman yang liburan ke Singapura. Harga Es krim nya hanya S$ 1 saja, ya kalau dikonversi ke rupiah, lumayan juga untuk sepotong es krim. Untung saja cuaca panas, jadi dinginnya es krim seperti surga mini bagi kami ditambah rasanya juga enak!
Andi enak banget makan es krimnya.. |
Sambil menikmati es krim, kami melanjutkan perjalanan. Dari kejauhan terlihat juga gedung Marina Bay Sand Hotel. Berdasarkan peta, landmark yang terdekat dari posisi kami adalah Merlion Statue, jadi kami berjalan turun ke bawah jembatan untuk menuju kesana.
Saat menuju kesana kami harus menyeberang jalan terlebih dahulu. saat itu kondisi jalan sangatlah sepi. Tapi orang-orang yang hendak menyeberang masih menunggu rambu-rambu tanda menyeberang menyala, dan mobil-mobil yang ingin melintas juga tetap berhenti menunggu meski jalanan sangat sepi. Hal ini kembali membuat saya kagum dengan negara ini.
Akhirnya sampai juga kami di Merlion Statue. Tempat tersebut dipenuhi dengan para turis. Dan semuanya sedang berfoto-foto ria. Kami pun tidak mau ketinggalan dengan mereka. Entah kenapa tempat tersebut merupakan tempat strategis bagi wisatawan unutk berfoto. Karena disitu kita bisa berfoto dengan latar belakang Merlion, Marina Bay Sands Building, Singapore Flyer, dan Esplanade Theater. Puas foto-foto dengan si singa muntah, kami melanjutkan ke tempat selanjutnya, yaitu Garden By the Bay. Lokasinya diseberang sana, tepat dibelakang Marina Bay Sands. Jadi kami harus kembali ke stasiun Raflesh Place dan naik MRT untuk kesana.
Naik MRT ke stasiun Marina Bay tidak sampai 10 menit. Ternyata untuk menuju Garden By The Bay kami harus ganti kereta menuju stasiun Bayfront. Sesampainya disana kami sempat bingung dengan arah, karena kebanyakan stasiun disini satu dengan bangunan seperti mal dan hotel. Dan stasiun Bayfront ini terletak tepat di bawah sebuah mal, The Shoppes At Marina Bay Sands. Di dalamnya terdapat nuansa mikro Venice. Ditengah gedung terdapat sungai mini dan kita bisa naik gondola untuk mengelilingi mal tersebut. Lagi-lagi saya takjub dengan bangunan ini.
Ada sungai di dalam Mal?! |
Karena penasaran, kami pun mengeksplore bangunan ini. Ternyata kita bisa naik menuju roof top bangunan ini. Sialnya, eskalator menuju roof top tidak berfungsi. Terpaksa kami harus naik secara manual, dengan kami sendiri! Eskalatornya ternyata cukup tinggi. Rasa gamang pun menghampiri saya. Saya tidak berani melihat kebawah, rasa-rasanya seperti mau jatuh! Sampai di atas kami istirahat sebentar karena capek naik eskalator rusak. Dari roof top ini kami bisa melihat gedung tersebut lebih dekat. Ternyata roof top gedung ini langsung nyambung ke Marina Bay Sands, wah
keren! Nggak perlu capek-capek lagi turun untuk kesana. Perut saya langsung berbunyi saat masuk ke gedung Marina Bay Sands, tepat dibawah kami adalah restoran. Restorannya luas sekali! Baru kali ini saya melihat restoran seluas ini. Selain luas, makanannya juga banyak jenisnya. Nggak jelas sih apa saja makanan yang ada disana, tapi melihatnya saja sudah bkin liur saya netes (slurppp).
Gulp, gulp, gulp... |
Lagi lagi, dari Marina Bay Sands, kita nggak perlu repot-repot turun dan nyeberang, karena (lagi-lagi) sudah terhubung langsung dengan pintu masuk Garden By The Bay. Ternyata taman Garden By The Bay cukup luas. Karena kaki sudah sangat capek dan matahari sangat menyengat, jadinya kita jalan sebentar dan neduh disalah satu taman buat selonjorin kaki.
Subhanalloh... |
Ok, lanjut lagi. Tujuan berikutnya adalah Sentosa Island, karena mau foto-foto di depan globe raksasa Universal Studio. Perjalanan ke Harbour Front cukup panjang. Kita harus melewati tujuh stasiun dan satu kali ganti kereta untuk mencapainya. Suasanya di stasiun Harbour Front sangatlah ramai. Ternyata di atas stasiun ini terdapat Vivo City, Mal yang cukup besar dan ramai dikunjungi. Selain itu karena stasiun ini merupakan satu-satunya akses untuk masuk ke Sentosa Island dengan kendaraan umum.
Persediaan air minum kami sudah habis, jadi mau nggak mau kami harus cari supermarket untuk membeli air minum. Ternyata di mal ini ada Giant, saya fikir cuma di Indonesia saja adanya (jadi penasaran, ada GFCnya juga nggak ya disini? kan lumayan, makan ayam krispi murah :p). Ketemu! tapi kok beda ya? nggak besar kaya di Indonesia dan nggak ada label promosi khas Giant. Ternyata kami salah masuk. Giant letaknya lebih kedalam sedikit. Tapi nggak apa-apa yang penting kami bisa beli air mineral ukuran 1500 ml dua botol dengan harga cukup murah, S$ 2 dolaran. Btw, pas mau beli minuman dingin, disana saya menemukan Yakult. Ternyata Yakult disana ukurannya besar-besar, dua kali lipat dari ukuran Yakult di Indonesia. Harganya pun jauh lebih mahal. S$ 4 men!
Ok, botol minum sudah disini ulang. Saatnya ke Sentosa Island!!!
Comments
Post a Comment