Holiday, Here I Come..!!!!
Saya sudah merencanankan liburan ini berbulan-bulan yang lalu, dengan
asumsi saat saya berangkat liburan, semua urusan skripsi saya sudah selesai,
atau setidaknya saya sudah sidang lah. Tapi kenyataannya, saya baru bisa
melaksanakan sidang pada tanggal 7 Februari 2014. Itu berarti saya akan pergi
liburan dengan beban sidang yang belum terlaksana. Selain itu, beban lainnya
adalah saya belum “sah” meminjam ruangan untuk sidang karena surat permohonan peminjaman ruangan tersebut belum selesai,
dan tu terjadi di satu hari sebelum saya berangkat. Gimana ngga ngebebani
pikiran coba?!
Tapi malam itu, tiba-tiba saya teringat dengan Aimm, salah seorang
teman terdekat saya yang juga sedang sibuk ngurusin skripsi. Saya coba meminta
tolong dengan Aimm untuk mengantarkan surat peminjaman ruangan terebut. Saya
coba Whatsapp Aimm, dan syukurlah, dia mau menolong saya.
Mari kita liburan..!!!
I’m sooo excited for this vacation,
because it’s my first time going outside the country. Niatnya sih mau
liburan ala-ala backpacker gitu, tapi karena saya nggak punya backpack yang
besar dan baju dan celana saya ukurannya ‘cukup’ besar, jadi saya putuskan bawa
travel bag saja. Lagian, sayang kan udah beli bagasi ini, meski bagi dua dengan
Dini.
Oh iya, liburan kali ini saya pergi bersama dua orang sahabat saya
dari kecil, yaitu Dini dan Andi. Kami sudah bersama-sama sejak TK, jadi bisa
dibilang hampir seumur hidup kami, kami lalui bersama. Kebetulan Andi juga
melanjutkan kuliah S2 nya di UKM.
28 Januari 2014
It’s the day!!! Jujur nggak bisa tidur sih karena over excited, norak
banget ga sih? Tapi, meski kurang tidur, mata saya terbuka lebar saking
semangatnya.
Kami terbang dengan pesawat Air Asia, kalau tidak salah kami
masing-msing menghabiskan sekitar Rp. 680 ribu PP (sudah termasuk harga bagasi
yang dibagi dua). Berdasarkan jadwal, pesawat akan lepas landas jam 11.05 waktu
Pekanbaru. Setelah berpamitan denga orangtua, kami pun masuk ke ruang tunggu.
Ngomong-ngomong untuk perjalanan ini saya hanya membawa uang total Rp.
2 juta. Rp. 1,5 juta nya saya tukarkan menjadi RM. 402, dan Rp. 500 ribu
menjadi S$ 52 (SAJA!). Bayangnya, berjuta-juta uang kita hanya ratusan bahkan
puluhan saja di negeri orang (hiks). Wah, dengan modal yang sangat minim saya
harap-harap cemas juga bagaimana cara untuk bertahan hidup selama lima hari di
negeri orang.
Sekitar jam 1 lewatan waktu Malaysia, kami mendarat di LCCT alias Low
Cost Carier Terminal, bandara penerbangan murah untuk pesawat Air Asia. Letaknya beberapa kilometer
dari bandara utama Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Jarak dari
pesawat berhenti menuju gedung bandara cukup jauh. Kami harus berjalan sekitar
10 menit untuk mencapai kesana. Untung saja penjalanan kesana terlindung dari
panasnya matahari karena sepanjang jalan sudah diberikan lorong beratap.
Lorong Menuju Bandara (sumber: camicumikumi.blogspot.com) |
Setelah sampai, kami pun naik keatas untuk cap imigrasi. Dan ternyata,
banyak sekali yang mengantri disana. Mulai dari orang Indonesia, berbagaimacam
bule, berbagai macam orang berwaja oriental, orang India, dan masih banyak
lagi, mengantri disana. Untung saja loket pengecapan paspornya ada banyak. Saat
giliran saya, saya sempat di tanya-tanya alasan saya datang kesini. Mungkin
karena paspor saya masih kosong melompong atau memang pertanyaan basa-basi yang
wajib ditanyakan.
Urusan imigrasi selesai, kami pun turun untuk mengambil bagasi.Tepat
setelah turun dari eskalator, kami pun disambut dengan konter-konter berbagai
macam operator disana. Ada DiGi, Maxis, Celcom dan ada juga Tune Talk. Karena
Andi menyarankan DiGi, jadi kami semua menggunakan operator DiGi selama di
Malaysia. Harga kartu perdana DiGi plus paket BlackBerry untuk seminggu adalah
RM 23, sedangkan untuk Android harganya RM 26. Saya kurang tahu bagaimana skema
internet nya. Yang jelas kartu saya terisi pulsa RM 6 dan paket data sekitar 600
MB untuk seminggu. Cukup mahal jika dibandingkan operator seluler di Indonesia.
Tapi untungnya pakai DiGi ini, untuk nelpon ke Indonesia, Cuma dikenakan tarif
lokal! Keren ga tuh? Saya coba telepon Ibu saya untuk memberikan kabar selama
beberapa menit, hanya terpotong beberapa sen saja.
Dari LCCT menuju Kuala Lumpur, kita harus menggunakan Sky Bus by Air
Asia. Kalau di Soekarno-Hatta seperti bus Damri lah. Harga tiket dari LCCT
menuju KL Central RM 10. Kita bisa membelinya di loket terdekat atau langsung
membayar langsung di atas bus. Perjalanan dari LCCT menuju KL Central memakan
waktu hampir satu jam.
Sky Bus Air Asia (sumber: 4.bp.blogspot.com) |
Sampai juga kami di KL Central, ini merupakan stasiun terbesar di Kuala Lumpur. Semua jurusan kereta berpusat disini. Bangunannya pun sangat besar. Malah lebih terlihat seperti Mal atau bandara. Pertama sampai disana yang ada dipikiran kami adalah makan. Perut sudah keroncongan sejak dari LCCT tadi. Pas sekali kami melihat KFC di depan mata, langsung saja kami kesana. Karena baru pertama kali ke KFC di Malaysia, saya pun masih bingung dengan pilihan makanan yang ditawarkan. Selain itu saya juga harus berhitung dan mengkonfersikan harganya ke rupiah, untuk dijadikan perbandingan. Awalnya saya memilih satu paket untuk masing-masing kami. Tapi berhubung sebelumnya kami dibekali nasi beserta lauk dendeng sambal hijau oleh mamanya Andi. Jadi kami memilih membeli pake Ayam saja. Empat potong ayam ditambah enam chicken nugget harganya sekitar RM 15. Ternyata harganya tidak jauh berbeda dengan KFC Indonesia.
Ngomong-ngomong soal rasa, rasa ayam di KL menurut saya lebih gurih, nuggetnya pun bukan ayam olahan, tapi memang ayam asli. Yang agak aneh itu adalah saosnya. Rasa saos disini aneh sekali. Saos sambelnya rasanya manis-pedas gitu, dan saos tomatnya lebih parah lagi.
Suasana Salah Satu Sudut KL Sentral (sumber: id.wikipedia.org) |
Setelah makan kenyang, kami pun menuju rumah salah satu kenalan Andi di Malaysia untuk menitipkan travel bag kami, karena malamnya kami akan langsung berangkat ke Johor untu menyeberang ke Singapura. Rumah kanalan Andi tersebut (saya lupa namanya) terletak di Kepong Central, sekitar 15-20 menit dari KL Central. Harga tiket kereta kesana sekitar RM 1,2. Ada hal yang sempat bikin panik. Kami, kehilangan satu kardus penuh oleh-oleh dari Pekanbaru untuk teman-teman Andi di kampusnya. Kami baru sadar saat kami udah sampai di Kepong. Oh iya, sesampainya di KL Central sebaiknya kita meminta peta Kuala Lumpur dan juga peta jalur kereta api. Kita bisa mendapatkannya dibagian informasi yang terletak di tengah-tengah stasiun.
Sejauh ini, ternyata Kuala Lumpur tidak jauh beda dengan Jakarta,
kecuali moda transportasinya yang lebih maju. Sepanjang perjalanan ke Kepong
Central, saya masih melihat rumah-rumah papan yang berdiri di pinggiran rel
kereta. Kebersihannya pun tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Yang jorok ya
jorok, yang bersih ya lumayan lah.
Oh iya, satu yang membuat saya takjub adalah, jarang sekali saya melihat mobil keluaran Jepang, Korea, atau Eropa disini. Hampir semua mobil yang saya lihat adalah merk Proton dan Produa. Memang banyak sekali masyarakat Malaysia yan memiliki mobil, itu terlihat dari banyaknya mobil yang terparkir disetiap tempat dan luasnya jalanan di sana, tetapi rata-rata mobil yang digunakan adalah mobil-mobil kecil sejenis Karimun, Hyundai Atoz, Sirion.
Well, sepertinya akan panjang sekali kalau saya menceritakan cerita
liburan saya di satu postingan. So, simak cerita liburan saya di Singapura di
postingan berikutnya ya!
nggak ada fotonya --"
ReplyDeleteHuahahaha, ini sudah di update pake fotonya. :P
Delete