Let’s Go-Jek!


Saya bukan penikmat layanan ojek, karena saya memiliki kecenderungan takut apabila dibonceng, terlebih kalau yang membonceng saya badannya kalah besar sama saya. Bahkan saya pernah menawar agar saya yang mengemudikan sepeda motornya, tapi si tukang ojek malah menaikkan tarif ojeknya.

Belakangan ini lagi ramai-ramainya pemberitaan tentang layanan ojek online alias Go-Jek atau GrabBike. Beberapa teman saya pun juga sudah mencoba layanan ojek modern ini, rata-rata memberikan respon yang positif. Saya pun penasaran dengan Go-Jek, apalagi selama bulan Ramadhan ada promo serba Rp. 10.000, dengan jarak maksimal 25 KM.

Niat nge-Go-Jek sih awalnya saat saya ada panggilan tes kerja di Jakarta. Saat itu saya yang masih buta sama Jakarta harus menuju arah Tanjung Priok. Sebenarnya ada busway, tapi kata teman saya lebih baik menggunakan ojek karena pasti akan macet di rush hour. Saya pun mencoba order, tapi ternyata tidak ada driver (sebutan tukang Go-Jek) yang tersedia. Jadinya saya pun memutuskan menggunakan busway pada saat itu.

Sepulangnya dari Jakarta,  kebetulan saat itu saya sampai di bandung sudah malam dan angkot pun sudah sangat sepi, saya pun mencoba mengorder Go-Jek. Titik jemput saya dari Kampus Maranatha menuju rumah di Jl. Sariwangi Indah. Setelah lima menit menunggu, akhirnya ada konfirmasi kalau ada driver tersedia untuk saya.

Awalnya saya sempat ragu karena driver yang menerima bookingan saya  berasal dari titik yang cukup jauh dari lokasi saya, jadi membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menjemput saya. Ternyata tidak sampai 20 menit, sang driver pun datang (mungkin karena malam traffic tidak terlalu padat).

Selama perjalanan saya bertanya-tanya kepada driver tersebut. Beliau sudah bergabung menjadi driver dari awal pertama Go-Jek hadir di Bandung, dan penghasilannya selama ini di Go-Jek jauh lebih ‘manis’ dari pada saat dia di pangkalan. Sebelum saya bertanya, mengapa beliau tidak pakai seragam? Dia pun lengsung bercerita, kalau dia sengaja tidak pakai seragam untuk menghargai tukang ojek yang lain, dan juga demi kemanan dia sendiri. Karena banyak driver Go-Jek yangs sering di cegat dengan tukang ojek pangkalan.

Akhirnya sampai juga saya di rumah, beliau pun menjelaskan proses konfirmasi apabila pelanggan sudah selesai diantar. Dan saya tidak harus membayar sepeser pun karena kredit Go-Jek saya masih ada Rp. 50.000, dan biaya antar sejumlah Rp. 10.000 sudah langsung di potong dari kredit tersebut.

Bagi yang baru daftar, silakan gunakan referral code543183712’ untuk mendapatkan free credit sebesar Rp. 50.000.

Bagaimana dengan teman-teman lainnya? Sudah ada yang mencoba Go-Jek?


Ini dia, Pak Iwa, driver Go-Jek pertama saya.

Pak Iwa lagi konfirm kalau saya sudah selamat sampai tujuan



Comments

  1. gak standing kan motor si bapak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Si Bapaknya pembalap euy, motornya Satria Fu.... x.x

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Klaim Asuransi Smartphone by Tec-Protec

Trip Ke Hanoi #3 : Halo, Ha Long Bay

[Snack Time!] Mony Jelly Jus