Trip ke Hanoi #1 : Akhirnya Napak Juga di Vietnam
Halo, kali ini saya mau
share cerita perjalanan ke Hanoi, Vietnam. Ini pertama kalinya
saya memijakkan kaki ke negara penganut paham komunis ini. Sebenarnya
perjalanan ini bukan untuk liburan sih, melainkan untuk bekerja. Selama sepuluh
hari saya bakal jadi TKE alias tenaga kerja eksport ^^. Karena cuma punya free
time dua hari (sisanya saya habiskan di kantor dari pagi sampe jelang magrib), jadinya nggak sempat mengunjungi banyak tempat di Hanoi. Selain itu, karena disana sedang libur imlek (orang Vietnam nyebutnya Tet New Year atau
Lunar New Year), jadi selama seminggu, semua kegiatan wisata, perkantoran,
perdagangan, dan (hampir semua) transportasi umum juga libur alias tutup.
=====
Petualangan dimulai dari mencari tiket pesawat. Tidak ada penerbangan langsung dari Cengkareng menuju Hanoi, setidaknya kita harus transit
satu kali. Lokasi transitnya pun tergantung maskapai apa yang kita gunakan.
Waktu itu saya ada 3 pilihan, Vietnam Airlines (transit di Ho Chi Minh City),
Singapore Airlines (transit di Changi), dan Thai Airways (transit di Bangkok). Sebenarnya masih ada pilihan
lain yang lebih terjangkau seperti Air Asia atau Thai Lion (tapi karena ini trip dibayarin kantor, ya milih yang agak
mahalan dikit :p). Akhirnya saya memilih Thai Airlines, selain karena waktu
departure dan landing-nya tidak terlalu pagi dan malam, juga karena saya belum pernah ke Bangkok. Jadi
lumayan lah, bisa update status check-in di Bangkok ke medsos.
Thai Airways vs Vietnam Air |
Pesawatnya Sepi |
Penerbangan menuju Hanoi ditempuh selama enam hingga
tujuh jam. Dengan rincian Cengkareng - Bangkok, 3 jam 30 menit; Transit di
Bangkok, 55 menit; Bangkok – Hanoi, 1 jam 40 menit. Penumpang pesawat saat itu tidak terlalu
ramai, hanya terisi setengah dari jumlah total kursi yang tersedia. Seperti
biasa setiap naik pesawat saya selalu memilih window seat, biar bisa lihat-lihat awan dari jendela.
Sekitar pukul setengah lima sore, pesawat mendarat di
Suvarnabhumi International Airport. Ternyata transit 55 menit itu cukup singkat,
diluar perkiraan saya. Oh ya, ada cerita bodoh sih saat transit di Bangkok.
Jadi, setelah turun dari pesawat saya lihat di papan pengumuman ada dua pintu
untuk transit, pintu barat dan timur. Kalau tidak salah baca pintu timur itu
untuk transit domestik dan barat untuk international. Tanpa tanya sana-sini
dulu, saya pede saja jalan menuju pintu barat yang ternyata jaraknya cukup jauh
(900 meter!!). Setelah melewati
security check, saya nyari konter Thai Airline buat nanya gate berapa yang
menuju Hanoi, dan ternyata gate-nya adalah gate yang berada di lokasi tempat saya turun
pesawat tadi. Jadi, saya mesti jalan balik sekitar 900 meter lagi dan parahnya
nggak ada travelator untuk arah baliknya, sementara waktu boarding sekitar 15
menit lagi.
Lima menit sebelum boarding, saya sudah duduk di lounge dengan nafas tersengal-sengal, karena habis berlari supaya nggak ketiggalan pesawat. Penumpang penerbangan menuju Hanoi ternyata
lebih sedikit
dari sebelumnya, sekitar
sepertiga dari kapsitas maksimum pesawat, bahkan ada yang tiduran selama penerbangan karena barisan tempat
duduknya tidak ada yang mengisi.
Suvarnabhumi Dari Lintasan Pesawat. |
Lebih kurang dua jam kemudian, pesawat pun mendarat di
Noi Bai International Airport (Yeay!).
Bandara ini termasuk bandara baru, karena baru saja di resmikan dan beroperasi tahun 2015 lalu. Saat turun pesawat semua
penumpang sibuk mengenakan pakaian hangat dan syal, dalam pikiran saya
bertanya-tanya “apa diluar sedingin itu?”. Ternyata saat keluar bandara, saya
pun di sambut dengan dinginnya terpaan angin malam Hanoi. “Wahhhh saltum nih gue”, kata saya dalam
hati.
Noi Bai Airport |
Di Bandara ini ternyata banyak
juga calo taksi, beberapa mas-mas sempat mendekati saya dan menawarkan taksi
dengan rate yang cukup tinggi. Tapi jangan khawatir, karena taksi yang menggunakan
argo juga banyak. Tinggal kearah kiri dari gerbang kedatangan, kita bisa
menemukan antrian untuk taksi argo. Oh iya, sebelum cabut ke
hotel, saya nukerin USD yang saya bawa dari Indonesia. Ratenya lebih bersahabat
daripada saya menukarkan IDR ke VND di Indonesia (meski selisihnya sepuluh
perak per satuannya).
Saya menginap di hotel yang
sudah dipesankan dari pihak kantor, cukup jauh dari bandara dan juga Old
Quarter, pusat keramaian turis di Vietnam. Dari bandara ke hotel memakan waktu
sekitar satu jam menggunakan taksi. Meski cukup jauh, tapi perjalanan tidak
terasa karena sepanjang perjalanan saya dihibur dengan hiasan dan lampu-lampu
bernuansa tahun baru imlek, semua serba merah dan emas. Kesan pertama saya
dengan kota ini ternyata nggak jauh beda dengan Indonesia. Di pinggir jalan
saya juga melihat orang-orang yang berjualan, mulai dari bunga, keramik, hiasan
rumah, makanan, dan sebagainya.
Tukang Jualan Karpet di Pinggir Jalan |
ga bisa berhenti bacanya karena seru, bisa jadi refrensi perjalanan juga makasih infonya
ReplyDeletecara menghilangkan ketombe